Bismillah…
Mungkin Anda seperti saya, dalam pikirannya terus mencari peluang baru yang katanya dimana-mana, tapi malah jadinya malah sulit tertata. Projek A belum selesai, udah lompat mau ngurusin projek B.
Pengen disiplin dan runut dalam mengerjakan sesuatu, tapi kok pengennya mulai dari akhir atau dari tengah. Atau mungkin Anda juga baca buku dari kesimpulan yang ada dibelakang dulu?
Beberapa pekerjaan dalam kehidupan professional kita, banyak yang harus dikerjakan secara runut. Beberapa bahkan memang tidak bisa melompat-lompat sama sekali, bisa bahaya.
Contoh paling extreme mungkin di kamar operasi, tidak mungkin jahit dulu baru dibius baru dibedah. Bisa mati pasiennya, na’udzubillah.
Begitu juga dalam mengelola bisnis, banyak yang harus dijalankan runut satu persatu, tapi kok sepertinya pikiran berkata lain dan sulit mau ngikut?
Di sisi lain kita sering berlindung dibalik “kesibukan”, kita berkata:
>‘ya tidak apa projeknya belum selesai, kan memang sibuk, bisa paralel kok jalannya.’
Padahal ini cara lain menunda-nunda karena tidak tahu mulai darimana atau prioritas yang mana, bisa jadi karena isi kepala kaya party, banyak kembang apinya.
Okelah, kita cari solusi. Bertemulah kita dengan yang namanya mindmap.
Niatnya menggunakan mindmap mau ke jalan yang benar, tapi malah tersesat oleh kekacuan “jalan” yang dibuat oleh pikiran Anda sendiri yang terlalu melompat-lompat.
Weslah kita cari solusi lain, kita coba menggunakan Second Brain? Adanya malah menambah kerjaan lain? Jadi kaya mesti ngerjain PR daripada membantu fokus.
“Bawa buku catatan mas” kata seorang teman, awalnya mulai jalan, tapi lama kelamaan makin bingung apa yang mau dicatat. Belum lagi catatan lama yang sulit sekali ditemukan. Bagaimana kalau bukunya habis dan kita ganti buku yang baru? Makin ruwet.
Apakah ada caranya untuk ‘men-screenshot’ isi pikiran kita biar dia DIEM sejenak?
Jika dia diem sejenak, maka bisa kita edit, kita poles, kita kembangkan, jadi sesuatu.
Jawabannya ada, dan mungkin cocok juga untuk Anda yang pikirannya tidak mau diem, terus melompat-lompat.
Rahasianya adalah justru dengan MEMANFAATKAN lompatan-lompatan pikiran ini, dan bukan melawannya.
Bagaimana caranya? Temukan di SMP: Strategi Menjinakkan Pikiran.
Ini berdasarkan pengalaman pribadi dari seseorang yang dulunya sering (dan mungkin masih) berjuang untuk menjinakkan pikirannya sendiri saat harus membangun perusahaan, menerima telepon klien dengan masalah struktural berlapis pada pukul 2 pagi, mengelola rumah tangga, menulis blog dan bikin podcast, meeting Jogja-Jakarta seminggu sekali, hingga ngajarin 5 anak mengaji. Bagaimana caranya tetap waras dan bisa berfungsi?
Sampai ketemu di kelas.